Siapa yang Paling Berhak Berkata “Saya Adalah OPM Sejati.?
“Walaupun Papua tidak hanya OPM, tapi tidak lengkap rasanya mendiskusikan tentang Papua dengan meninggalkan pembicaraan mengenai OPM”, begitu kata teman saya. OPM, atau bisa disebut sebagai Organisasi Papua Merdeka adalah bagian dari permasalahan Papua sejak beberapa dasawarsa lalu. Walaupun saat ini dikenal sebagai pergerakan rakyat Papua untuk memisahkan Papua dari Indonesia tetapi bila dirunut awal pembentukannya, OPM dibentuk atas dasar keinginan Belanda untuk meng-Australiakan Papua (lihat : Papua Melawan Lupa). Dari cita-cita kaum aristokrat Belanda di masa lalu tersebutlah OPM muncul dan bertahan menjadi salah satu aktor penting terjadinya konflik di Papua sampai sekarang.
Dari awal pembentukannya
hingga saat ini, OPM bukanlah satu organisasi dengan satu pemimpin,
satu AD/ART dan satu kepengurusan. Ada begitu banyak
organisasi-organisasi turunan OPM dengan pemimpin dan pendukung yang
berbeda satu sama lain. Masing-masing memiliki cara yang berbeda dalam
usahanya untuk memisahkan Papua dari Indonesia dan masing-masing juga
memiliki kepentingan yang berbeda satu sama lain. Bila ada pertanyaan,
siapa sebenarnya OPM yang sebenar-benarnya? OPM yang benar-benar
memperjuangkan nasib rakyat Papua tanpa mementingkan kepentingan pribadi
dan kelompknya, maka dapat dipastikan semua pihak mengacungkan
tangannya tinggi-tinggi.
Pertanyaan,”siapa OPM
yang sejati?” saat ini menjadi sangat penting, karena Presiden Joko
Widodo, kembali membuka ruang dialog bagi Papua. Bila ruang dialog
dibuka, maka organisasi OPM mana yang akan berdialog dengan pemerintah
Indonesia dibawah Jokowi? Apakah kelompok-kelompok OPM faksi militer
yang sering disebut sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) atau
kelompok-kelompok faksi politik OPM yang banyak berada di dalam dan luar
negeri?
Kelompok-kelompok OPM Faksi Militer
Kelompok yang sering
dibahasakan sebagai KKB ini, memiliki banyak kelompok dengan
masing-masing pimpinan. Kelompok ini sering menamakan diri mereka
sebagai TPN-PB (Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat).
Kelompok-kelompok ini menganggap bahwa merekalah OPM yang sejati, bahkan
Puron Wenda, salah satu pimpinan KKB di wilayah Lanny Jaya mengatakan
kekecewaannya bahwa Jokowi seharusnya berdialog dengan mereka, bukan
dengan tokoh-tokoh lainnya seperti Pdt Socratez Yoman.
Alasan utama kenapa kelompok ini mengklaim bahwa merekalah OPM sejati adalah karena kelompok
ini berada di Papua, utamanya di pedalaman-pedalaman Papua. Sehingga
mereka mengklaim bahwa merekalah yang mengetahui dan memperjuangkan
nasib rakyat Papua serta murni dari kepentingan-kepentingan asing.
Walaupun keberadaan mereka memang berada di pedalaman Papua, tetapi
kepedulian mereka terhadap nasib rakyat Papua itu sendiri sangat
dipertanyakan. Contohnya dapat dilihat baru-baru ini, tanggal 30 Januari
2015 lalu 20
orang anggota KKB pimpinan Puron Wenda dan Enden Wanimbo menembak para
pekerja jalan di Kampung Popome, Distrik Popome, Lanny Jaya. Anggota KKB
pimpinan Puron Wenda membakar 2 Eskavator dan menembaki 10 pekerja
jalan dari PT. Nirwana yang ada di sekitar alat berat yang dibakar. Dua
pekerja orang asli Papua tertembak, Gurik Murib (25) mengalami luka
tembak di lengan kanan dan Markus (26) operator ekskavator terkena
mengalami luka di bagian kepala, terkena serpihan peluru.
Besoknya, tanggal 31
Oktober 2014, melalui media Suluh Papua, terkait penembakan ini Puron
Wenda mengatakan bahwa ia meminta referendum dan ia juga menolak
pembangunan di Lanny Jaya. Puron menuntut agar pemerintah daerah Papua
tidak membuat jalan-jalan di Lannya Jaya, karena ia menganggap
pembangunan jalan di Lanny Jaya tersebut akan mengganggu markas OPM di
Lanny Jaya. Aksi penembakan dan pembakaran yang ia lakukan adalah
usahanya untuk memagari markasnya di Lanny Jaya. Bila melihat dari
tuntutannya, aksi penembakaan dan pembakaran yang dilakukan Puron Wenda
dan kelompoknya ini tidak memperhatikan nasib rakyat Papua di Lanny Jaya
yang membutuhkan pembangunan-pembangunan infrastruktur seperti jalan
yang layak. Puron dan kelompoknya lebih memilih mengamankan kepentingan
kelompoknya sendiri dengan mengorbankan kepentingan rakyat Papua di
Lanny Jaya.
Kelompok-kelompok OPM Faksi Politik
Ada belasan organisasi
yang berada dalam kategori ini, beberapanya berada di Papua, tapi
kebanyakan berada di luar negeri. Ada West Papua National Council
(WPNCL) pimpinan Andy Ayamiseba di wilayah Pasifik Selatan, ada Free
West Papua Campaign (FWPC) pimpinan Benny Wenda di beberapa negara di
Eropa, ada West Papua National Authority (WPNA) pimpinan Jacob Rumbiak
di Australia, ada KNPB (Komite Nasional Papua Barat) dan ada NRFPB
(Negara Republik Papua Barat) di Papua serta kelompok-kelompok lainnya
yang lebih kecil.
Seperti halnya para
politisi, kelompok-kelompok OPM faksi politik juga memiliki
kecenderungan untuk mengamankan kepentingan kelompoknya sehingga banyak
berseteru antara satu dengan lainnya. Selain itu kelompok-kelompok ini
tidak pernah mengakui keberadaan kelompok-kelompok OPM faksi militer
karena pergerakan keompok-kelompok OPM faksi militer seringkali
melakukan pelanggaran HAM, padahal kelompok-kelompok faksi politik OPM
sering menggunakan isu pelanggaran HAM. Sedangkan pimpinan-pimpinan
kelompok OPM faksi militer juga menganggap bahwa kelompok-kelompok faksi
politik OPM sebagai pengecut karena hanya berani “berjuang” di luar
negeri, nyaman dengan kehidupan mereka di luar negeri dengan keluarganya
masing-masing. Sedangkan kelompok-kelompok faksi militer OPM harus
bergerilya keluar-masuk hutan.
Gaya hidup tokoh-tokoh
OPM faksi politik pun sering mendapat sorotan. Seringkali mereka dengan
frontal menunjukan kemewahan hidup mereka di luar negeri lewat foto-foto
lewat jejaring sosial yang begitu kontras dengan kehidupan orang Papua
di pedalaman. Para tokoh ini sering mengatakan pada dunia internasional
bahwa mereka adalah pembela nasib orang Papua yang hidup dalam
keterbelakangan, tetapi mereka sendiri begitu nyaman mempertontontkan
kehidupan mewah mereka di luar negeri.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !